Labels

Monday, April 4, 2016

Prinsip kerja power Class D


Yah ketemu lagi….. seperti janji saya kemarin, yaitu prinsip kerja power Class D.
Sebenernya saya pemula dibidang Class D, Ya sedikit-sedikit tahu lah tentang cara kerjanya …  tp artikel kali ini bukan saya yang buat. Thanks to pak Kartino Surodipo (Facebook) yang telah berkenaan membuat artikelnya. kalau saya sih belum mampu membuat tutorialnya wkkkkk…
IRS-900D Class-D Amplifier Tutorial
Oleh: kartino@yahoo.com
Konsep Class-D Amplifier
Dalam satu dekade terakhir, dalam dunia audio power amplifier telah tersedia produk komersial untuk audio
amplifier jenis baru yaitu Amplifier Class-D. Berbeda dengan Class-A, B, AB, dimana sinyal masuk langsung
dikuatkan dalam bentuk sinyal suara asli, dalam Amplifier Class-D, dilakukan pencacahan sinyal suara yang
masuk namun masih tetap dalam metode analog, lalu sinyal dikuatkan. Pada tingkat akhir amplifier, sinyal
tercacah tersebut dikembalikan menjadi sinyal suara dengan menggunakan induktor-kapasitor (L-C) filter.
Konsep Class-D yang akan dibahas disini menyesuaikan dengan skema yang akan kita ambil sebagai contoh
design berikutnya, adalah desain Class-D dengan blok diagram adalah sebagai berikut:
dd
Secara singkat, self oscillating Class-D bekerja dengan internal loop feedback, dimana feedback loop
terdapat rangkaian R-C yang akan membuat rangkaian berosilasi sendiri, menjadi generator sinyal gergaji.
Sinyal gergaji ini akan dibandingkan dengan sinyal masukan audio oleh Comparator IC TL071 .
Sinyal keluaran dari Comparator IC berupa sinyal audio yang sudah dicacah oleh sinyal gergaji, sehingga
menjadi sinyal slope dengan komposisi waktu ON-OFF menyesuakan dengan level sinusoidal dari sinyal
masukan. Tegangan sinyal slope ini referensinya ke ground (GND) dan karakteristiknya masih belum
memenuhi kriteria masukan menuju gate driver IC. Sementara gate driver IC menggunakan referensi
tegangan ke –VCC. Jadi untuk itu diperlukan level shifter berupa PNP transistor 2N5401 dan Invert logic IC
CD4049.
Sementara gate driver juga membutuhkan dua sinyal input yaitu high-gate dan low-gate. Comparator IC yang
memiliki satu keluaran, oleh Invert logic IC digandakan menjadi dua keluaran, dimana satunya adalah
inverting hingga dihasilkanlah low-gate and high-gate output yang sesuai untuk masikan gate driver IC. Gate
driver IC siap menggerakkan mosfet power.
Output dari power mosfet yang secara ON-OFF identik dengan output Comparator. Dan sudah dijelaskan
sebelumnya output comparator sendiri menyesuaikan dengan input sinusoidal audio. Jadi dari comparator
menuju mosfet ini di atas kertas tidak akan terjadi distorsi. Tidak ada efek-efek khusus yang perlu
diperhatikan yang bisa menyebabkan cacatnya suara yang diakibatkan oleh amplifikasi sinyal.. Sementara
Comparator, Level shifter, Logic IC, dan gate driver IC bekerja pada tegangan 12 Volt, tegangan mosfet bisa
sangat variatif dan sangat lebar, bebas di tegangan SOA mosfet. Pada akhirnya, batas tegangan final ini
menjadi batas clipping sebuah ampli Class-D.
Output final mosfet ini agar kembali menjadi sinyal suara maka dilakukan dengan Low Pass Filter (LPF).
Dengan komposisi besar induktor dan kapasitor yang tepat maka sinyal slope tadi bisa di konversi kembali
menjadi sinusoidal. Memang tidak sempurna layaknya sinusoidal pada Class-A maupun Class-AB. Akan
tetapi harus diingat bahwa speaker adalah peralatan mekanika dinamis. Efek-efek fisika mekanika dari
speaker sendiri justru menyebabkan kesempurnaan output Class-D audio menjadi tidak berarti.
Implementasi Skema
Ada banyak rancangan skema Class-D Amplifier yang bisa ditemukan dari internet. Kali ini yang akan dibahas
dalam tulisan ini adalah Self Oscillating Cass-D Amplifier IRS-900D. Skema ini beredar di internet, dan cukup
bagus, bisa diimplementasikan dan memiliki kemampuan output sampai 900 Watt pada 4 ohm, sebuah
kemampuan yang cukup besar. Dipilihnya skema ini dikarenakan menyesuaikan dengan ketersediaan
komponen dan teknologi PCB yang tersedia di Indonesia.
Untuk membuat Class-D yang bagus dan bermutu tinggi sangat dibutuhkan mutu komponen yang bagus dan
lay-out PCB yang sesuai untuk high-frequency switching. Namun, untuk dengan keterbatasan ini walaupun
tidak bisa dihasilkan mutu yang sesuai dengan kriteria industri tapi masih sangat memuaskan bila
dibandingkan dengan kelas-kelas rakitan Class-AB yang banyak dijual di pasaran.
Berikut adalah skema yang mengaplikasikan design dan konsep yang sudah diterangkan di atas.
D900 schema
Gambar.2 – Skema Audio Amplifier Class-D IRS-900D
Cara bekerja skema di atas seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Rangkaian di atas memakai catu daya
+/- 100V DC. Disamping itu juga 12 Volt catu daya terpisah diperlukan untuk menggerakkan gate driver IC
IR2110. Pertimbangannya dibuat terpisah adalah karena akan lebih menyederhanakan skema.
Dengan rangkaian di atas, cocok untuk peruntukan dari subwoofer sampai mid-hi. Peruntukan tersebut
tidaklah mengecewakan, mengingat di pasaran kit rakitan tingkat 900 Watt memang umumnya diperuntukkan
untuk aplikasi Subwoofer sampai Mid-Hi.
Modifikasi dapat dilakukan untuk meningkatkan performa. Misalnya dengan menaikkan kemampuan frekuensi
osilasi. Dalam Class-d self Oscillation, kecepatan frekuensi osilasi ditentukan oleh efek kecepatan on-off dari
closed loop feedback yang melibatkan keseluruhan komponen di dalam feedback loop. Peningkatan bisa
dilakukan dengan mengganti OP Amp comparator dengan kemampuan lebih tinggi, misal dari Burr-Brown.
Dan yang utama adalah mosfet power, dimana bisa dipilih produk dengan gate capacitance yang rendah dari
IXYS, atau merek lain dengan generasi yang lebih maju. Yang harus diperhatikan adalah gate capacitance
yang terkecil dan kecepatan switching tertinggi, serta tentu saja SOA yang besar.
LPF Filter
LPF filter yang harus diperhatikan adalah inti harus cocok untuk frekuensi tinggi. Untuk sebuah Class-D
amplifier induktor tanpa air gap harus berjenis iron-dust. Iron dust mempunyai kemampuanmagnetik tertinggi
dengan losses terendah. Sayangnya jenis ini belum tersedia di pasar elektronika rakitan.
Alternatifnya adalah ferrite core. Meski juga masih susah ditemukan di pasar elektronika, tetapi ferrite core
bisa didapat dari inti PSU atau filter. Filter output PSU juga bisa digunakan. Besar penampang inti ferrite baik
EI maupun toroid sama saja, kurang lebih 1cm2 per 300W. Bila lebih tinggi output amplifier, bisa
menggunakan inti yang dirangkap. Lilitan harus serapat mungkin dengan inti
Namun, untuk bisa digunakan, jenis ferrite core harus dibuat air gap untuk menaikkan kemampuan megnetik,
yaitu dengan jalan memutus lingkaran toroid dengan gergaji besi atau memotong inti untuk EI Core. Karena
tidak ada data pabrikan maka untuk menentukan jumlah lilitan yang optimal hanya bisa dilakukan dengan
coba-coba. Jumlah lilitan dengan inti ferrite air gap harus dicoba dari yang tertinggi ke terendah antara 45-22
kali dengan kawal diameter 1 -1.5mm.
Fungsi air gap adalah meningkatkan kapasitas magnetik dari inti untuk menaikkan nilai saturasi. Bila tidak
cukup besar nilai saturasi dari inti besi maka koil induktor beserta inti akan menjadi sangat panas pada beban
tinggi. Namun dengan adanya air gap ini juga membuka peluang kebocoran elektromangetik (EMI) yang
mungkin keluar ke jaringan. Gambar dibawah adalah contoh material yang bisa digunakan:ddd
Untuk kapasitor karena bekerja pada frekuensi tinggi maka dipilih jenis non polar dengan kemampuan
charge-discharge yang tinggi dan juga tegangan kerja yang cukup tinggi. Kapasitasnya berkisar 680n – 1uF
600V non polar.dc
Nah sudah pada mengerti kan prinsip kerja Class D. Bagi yang mau membuat Class D D900 yang dibahas diatas, layout bisa ambil disini
https://www.dropbox.com/s/x4l5t6h4nrqwphr/irs%20900d%20full.pdf?dl=0
Punya saya juga sudah jadi… Disuply SMPS 75VDC. hasilnya ajiiibb + hoorrreegg wkkkkk ……d900


        MENGENAL PENGUAT AUDIO KELAS D

Print
Category: Listrik & Elektronika
Published Date Written by Nurhadi Budi Santosa
MENGENAL PENGUAT AUDIO KELAS D

Nurhadi Budi Santosa, M.Pd.
Widyaiswara PPPPTK BOE Malang

Abstrak

Tujuan dibuatnya penguat audio adalah untuk mereproduksi ulang sinyal audio masukan ke level volume tertentu sesuai keinginan dengan tingkat fidelitas yang tinggi. Penguat audio yang baik harus mempunyai tanggapan frekuensi antara 20 Hz – 20 KHz.
Penguat audio kelas D pertama kali dikenalkan pada tahun 1958, dan telah menjadi semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Penguat Audio kelas D pada dasarnya adalah switching-amplifier atau Pulse Width Modulation-Amplifier.
Penguat audio kelas D memiliki efisiensi yang jauh lebih baik dibandingkan penguat-penguat audio pendahulunya seperti penguat kelas A, kelas B dan kelas AB. Saat ini penguat audio kelas D mempunyai efisiensi 90% saat dibebani speaker. Sementara secara teoritis penguat audio Kelas D mempunyai efisiensi ideal 100%.
Penguat audio kelas A akan menguatkan seluruh siklus sinyal masukan. Penguat kelas B hanya menguatkan setengah siklus sinusoida sinyal masukan. Penguat audio kelas AB menguatkan sinyal lebih dari setengah siklus baik positif maupun negatif.
Penguat audio kelas D adalah sebuah amplifier switching atau PWM. Sinyal audio masukan digunakan untuk memodulasi sinyal pembawa PWM yang mendorong penguat akhir. Sebelum diumpankan ke speaker terlebih dahulu dilewatkan Low Pass Filter (LPF).

Kata Kunci : switching-amplifier, Pulse Width Modulation, Low Pass Filter, Penguat kelas D.

Latar Belakang Penguat Audio
            Tujuan dibuatnya penguat audio adalah untuk mereproduksi ulang sinyal audio masukan ke level volume tertentu sesuai keinginan dengan tingkat fidelitas yang tinggi, efisien dan distorsi yang rendah.
            Telah kita ketahui bersama bahwa frekuensi audio adalah 20 Hz – 20KHz. Oleh karena itu sebuah penguat audio yang baik harus mempunyai tanggapan frekuensi antara 20 Hz – 20 KHz. Kecuali penguat audio dengan keperluan khusus semisal penguat tweeter maupun sub woofer.
            Untuk kemampuan daya dari pengua audio disesuaikan dengan keperluan yang diinginkan. Daya penguat audio dapat hanya beberapa miliwatt untuk headphone, beberapa watt untuk penguat di radio maupun televisi, beberapa puluh watt untuk audio mobil dan ratusan bahkan ribuan watt untuk keperluan di luar ruangan, semisal untuk pentas di lapangan terbuka.

Sekilas Penguat Audio Kelas D
            Penguat audio kelas D pertama kali dikenalkan pada tahun 1958, dan telah menjadi semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Penguat Audio kelas D pada dasarnya adalah switching-amplifier atau Pulse Width Modulation-Amplifier.
            Penguat audio kelas D adalah penguat audio yang bekerja dengan prinsip binary-switches. Sejak digunakannya power MOSFET, maka menjadikan binary-switches lebih sempurna, sehingga tidak ada waktu transisi terbuang dan tidak ada daya terbuang saat masukan penguat ini nol.
            Penguat audio kelas D memiliki efisiensi yang jauh lebih baik dibandingkan penguat-penguat audio pendahulunya seperti penguat kelas A, kelas B dan kelas AB. Penguat audio kelas AB secara teoritis mempunyai efisiensi paling bagus sekitar 78,5% sebelum dibebani Speaker. Saat dibebani speaker efisiensinya bisa turun menjadi 50%. Saat ini penguat audio kelas D mempunyai efisiensi 90% saat dibebani speaker. Sementara secara teoritis penguat audio Kelas D mempunyai efisiensi ideal 100%.
            Efisiensi yang tinggi berarti akan menghasilkan disipasi daya yang rendah, dengan demikian daya yang terbuang relatif lebih rendah jika dibandingkan penguat kelas A, B maupun AB. Karena penguat audio kelas D bisa dibilang hemat daya maka penguat ini tidak membutuhkan pendingin (heatsink) yang besar dan catu daya yang besar pula.
            Dengan penggunaan pendingin dan catu daya yang relatif kecil, merupakan sebuah keuntungan utama dari penguat audio kelas D ini. Aplikasi penguat audio kelas D sekarang ini sudah sangat populer seperti untuk perangkat audio jinjing, home-theaters, penguat audio mobil dan sebagainya tanpa menghilangkan sisi fidelitasnya.
           
Penguat Audio Linier dan Kelas D
            Keluaran dari rangkaian penguat audio linier umumnya dihubungkan langsung ke speaker, walaupun beberapa kasus tertentu melalui kapasitor. Biasanya penguat audio linier menggunakan penguat akhir transistor yang dicatu dengan tegangan emitor-kolektor yang tinggi. Penguat audio linier bisa juga menggunakan Transistor MOS untuk tingkat penguat akhirnya seperti gambar berikut :
Gambar 1. Tingkat penguat akhir menggunakan CMOS

            Telah dijelaskan diatas bahwa ada 3 kelas penguat audio yang umum dipakai sebelum diterapkannya kelas D. Kelas penguat itu adalah kelas A, B dan AB.
            Kelas A – Penguat audio kelas A akan menguatkan seluruh siklus sinyal masukan. Sinyal masukan akan dikuatkan tanpa mengubah sedikitpun bentuk sinyal. Dapat dikatakan penguat audio kelas A tingkat akhirnya selalu bekerja untuk menguatkan siklus sinyal masukan. Dengan demikian di tingkat ini selalu ada arus bias yang mengalir ke perangkat output. Penguat kelas A ini memiliki linieritas paling bagus dan distorsi paling kecil. Akan tetapi mempunyai efisiensi paling rendah, hanya sekitar 20%.
            Kelas B – Penguat audio kelas B berbeda cara kerjanya dengan penguat audio kelas A. Tingkat penguat akhir pada kelas ini hanya menguatkan setengah siklus sinusoida sinyal masukan (satu menguatkan siklus positif dan yang satunya menguatkan siklus negatif). Dengan demikian jika tidak ada sinyal masukan maka di tingkat akhir tidak ada arus yang mengalir diperangkat output. Efisiensi penguat audio kelas B ini lebih baik dari kelas A, yaitu sekitar 50%. Namun demikian penguat ini memiliki kelemahan yaitu kurang linier, terutama dititik persilangan antara siklus positif dan siklus negatif.
            Kelas AB – Penguat audio kelas AB merupakan kombinasi antara kelas A dan kelas B. Saat ini penguat audio kelas AB yang banyak dan umum digunakan. Tingkat akhir pada penguat ini menguatkan sinyal lebih dari setengah siklus baik positif maupun negatif, namun tetap lebih kecil dari seluruh siklus. Sehingga bisa menghilangkan cacat silang pada pertemuan sinyal antara siklus positif dan negatif seperti yang ada di kelas B. Penguat audio kelas AB lebih linier jika dibandingkan penguat audio kelas B, tetapi efisiensi tidak berbeda yaitu sekitar 50%.
            Kelas D – Penguat audio kelas D adalah sebuah amplifier switching atau PWM seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Dengan menerapkan model Switching dapat mengurangi rugi daya di penguat akhir dan memungkinkan mendapatkan efisiensi 90% - 95%. Sinyal audio masukan digunakan untuk memodulasi sinyal pembawa PWM yang mendorong penguat akhir. Sebelum diumpankan ke speaker terlebih dahulu dilewatkan Low Pass Filter (LPF) untuk menghilangkan frekuensi tinggi pembawa PWM nya.
Gambar 2. Blok dasar penguat kelas D
            Gambar diatas memperlihatkan skema blok penguat audio kelas D. Terlihat juga bentuk gelombang sesuai dengan proses yang terjadi di dalam rangkaian tersebut. Skema blok diatas menerapkan rangkaian umpan balik yang berasal dari keluaran untuk membantu kompensasi variasi tegangan pada masukan.

Cara Kerja
            Sinyal masukan adalah sinyal audio standar sinusoida dengan frekuensinya antara 20 Hz – 20 KHz. Selanjutnya sinyal audio ini akan di bandingkan / dikomparasikan dengan sinyal frekuensi tinggi (250KHz) yang berbentuk segitiga ataupun gigi gergaji, yang akhirnya menghasilkan sinyal PWM seperti terlihat pada gambar dibawah.

Gambar 3. Pemrosesan sinyal pada penguat kelas D

            Selanjutnya sinyal PWM ini diumpankan ke tingkat akhir dan dikuatkan oleh perangkat tingkat akhit (Mosfet), lalu di lewatkan rangkaian LPF dan keluaran LPF diumpankan ke speaker. Diharapkan keluaran LPF sinyalnya berbentuk sinusoida kembali.
            Generator gelombang gigi gergaji menghasilkan gelombang gigi gergaji yang berfrekuensi sekitar 10 kali lebih tinggi daripada frekuensi masukan sinyal audio. Gelombang gigi gergaji ini berfungsi untuk men-sampling sinyal audio.
            Pembanding atau Comparator, bertugas untuk mendigitalkan sinyal masukan audio dengan cara membandingkan antara sinyal audio dengan sinyal gigi gergaji. Hasil dari rangkaian pembanding ini adalah sinyal digital salinan dari sinyal masukan audio analog. Komponen frekuensi rendah dari sinyal digital mewakili sinyal masukan audio, sementara komponen frekuensi tinggi dari sinyal digital tidak digunakan atau diabaikan. Sinyal input dan output dari komparator seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 4. Perubahan sinyal audio di rangkaian pembanding

            Rangkaian Switching, meskipun keluaran dari rangkaian pembanding adalah representasi digital dari sinyal masukan audio, sinyal ini masih belum bisa langsung diumpankan ke Speaker. Oleh karena itu perlu dikuatkan dulu tegangan dan arusnya supaya bisa dibebani speaker. Tugas rangkaian switching disini adalah untuk menguatkan sinyal hasil keluaran dari rangkaian pembanding, agar supaya tegangan dan arusnya menjadi level tertentu sehingga dapat diumpankan ke speaker. Biasanya rangkaian switching ini menggunakan MOSFET. Bentuk gelombang masukan dan keluaran dari rangkaian switching seperti gambar berikut.

Gambar 5. Penguatan gelombang pada tingkat akhir

            Low Pass Filter (LPF), bertugas untuk menyaring komponen frekuensi rendah yang terpakai hasil keluaran rangkaian akhir switching. Keluaran dari LPF ini merupakan replika skala dari sinyal masukannya. Jaringan umpan balik negatif selalu ada yang menghubungkan LPF dan pembanding yang berfungsi untuk menekan kesalahan.

Keuntungan
Disipasi panas rendah
Ukuran tidak terlalu besar
Tidak terlalu berat
Efisiensinya tinggi

Kekurangan
Membutuhkan catu daya sangat bersih dan stabil
Respon frekuensi tinggi tergantung pada impedansi loudspeaker

Contoh Rangkaian

Gambar 6. Contoh rangkaian penguat audio kelas D

Kesimpulan
Penguat audio kelas D pertama kali dikenalkan pada tahun 1958, dan telah menjadi semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Penguat Audio kelas D pada dasarnya adalah switching-amplifier atau Pulse Width Modulation-Amplifier. Penguat audio kelas D mempunyai efisiensi 90% saat dibebani speaker. Sementara secara teoritis penguat audio Kelas D mempunyai efisiensi ideal 100%.
Penguat audio kelas A akan menguatkan seluruh siklus sinyal masukan. Penguat kelas B hanya menguatkan setengah siklus sinusoida sinyal masukan. Penguat audio kelas AB menguatkan sinyal lebih dari setengah siklus baik positif maupun negatif.
Penguat audio kelas D adalah sebuah amplifier switching atau PWM. Sinyal audio masukan digunakan untuk memodulasi sinyal pembawa PWM yang mendorong penguat akhir. Sebelum diumpankan ke speaker terlebih dahulu dilewatkan Low Pass Filter (LPF).


Referensi :

Gaalaas Eric, Class D Audio Amplifiers : What, Why, and How, http://www.analog.com/library/analogDialogue/archives/40-06/class_d.html, diakses tanggal 12 Januari 2015.

Honda Jun & Adams Jonathan, Class D Audio Amplifier Basics, International Rectifier, California, 2005.

International Rectifier, Class D Audio Amplifier Design, www.irf.com, diakses tanggal 10 Januari 2015.

Kartino, IRS-900D Class-D Amplifier Tutorial. Makalah, tidak dipublikasikan.

Maldonado Joseph & Vega Jeovany, Class D Power Amplifier, California Polytechnic State University, San Luis Obispo, 2010.

NN. Class D Power Amplifier, http://www.circuitstoday.com/class-d-power-amplifiers, diakses tanggal 12 Januari 2015.