MENGENAL PENGUAT AUDIO KELAS D
MENGENAL PENGUAT AUDIO KELAS D
Nurhadi Budi Santosa, M.Pd.
Widyaiswara PPPPTK BOE Malang
Abstrak
Tujuan
dibuatnya penguat audio adalah untuk mereproduksi ulang sinyal audio
masukan ke level volume tertentu sesuai keinginan dengan tingkat
fidelitas yang tinggi. Penguat audio yang baik harus mempunyai tanggapan
frekuensi antara 20 Hz – 20 KHz.
Penguat
audio kelas D pertama kali dikenalkan pada tahun 1958, dan telah
menjadi semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Penguat Audio
kelas D pada dasarnya adalah switching-amplifier atau Pulse Width Modulation-Amplifier.
Penguat
audio kelas D memiliki efisiensi yang jauh lebih baik dibandingkan
penguat-penguat audio pendahulunya seperti penguat kelas A, kelas B dan
kelas AB. Saat ini penguat audio kelas D mempunyai efisiensi 90% saat
dibebani speaker. Sementara secara teoritis penguat audio Kelas D
mempunyai efisiensi ideal 100%.
Penguat
audio kelas A akan menguatkan seluruh siklus sinyal masukan. Penguat
kelas B hanya menguatkan setengah siklus sinusoida sinyal masukan.
Penguat audio kelas AB menguatkan sinyal lebih dari setengah siklus baik
positif maupun negatif.
Penguat audio kelas D adalah sebuah amplifier switching
atau PWM. Sinyal audio masukan digunakan untuk memodulasi sinyal
pembawa PWM yang mendorong penguat akhir. Sebelum diumpankan ke speaker
terlebih dahulu dilewatkan Low Pass Filter (LPF).
Kata Kunci : switching-amplifier, Pulse Width Modulation, Low Pass Filter, Penguat kelas D.
Latar Belakang Penguat Audio
Tujuan
dibuatnya penguat audio adalah untuk mereproduksi ulang sinyal audio
masukan ke level volume tertentu sesuai keinginan dengan tingkat
fidelitas yang tinggi, efisien dan distorsi yang rendah.
Telah
kita ketahui bersama bahwa frekuensi audio adalah 20 Hz – 20KHz. Oleh
karena itu sebuah penguat audio yang baik harus mempunyai tanggapan
frekuensi antara 20 Hz – 20 KHz. Kecuali penguat audio dengan keperluan
khusus semisal penguat tweeter maupun sub woofer.
Untuk kemampuan daya dari pengua audio disesuaikan dengan keperluan yang diinginkan. Daya penguat audio dapat hanya beberapa miliwatt untuk headphone,
beberapa watt untuk penguat di radio maupun televisi, beberapa puluh
watt untuk audio mobil dan ratusan bahkan ribuan watt untuk keperluan di
luar ruangan, semisal untuk pentas di lapangan terbuka.
Sekilas Penguat Audio Kelas D
Penguat
audio kelas D pertama kali dikenalkan pada tahun 1958, dan telah
menjadi semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Penguat Audio
kelas D pada dasarnya adalah switching-amplifier atau Pulse Width Modulation-Amplifier.
Penguat audio kelas D adalah penguat audio yang bekerja dengan prinsip binary-switches. Sejak digunakannya power MOSFET, maka menjadikan binary-switches lebih sempurna, sehingga tidak ada waktu transisi terbuang dan tidak ada daya terbuang saat masukan penguat ini nol.
Penguat
audio kelas D memiliki efisiensi yang jauh lebih baik dibandingkan
penguat-penguat audio pendahulunya seperti penguat kelas A, kelas B dan
kelas AB. Penguat audio kelas AB secara teoritis mempunyai efisiensi
paling bagus sekitar 78,5% sebelum dibebani Speaker. Saat dibebani
speaker efisiensinya bisa turun menjadi 50%. Saat ini penguat audio
kelas D mempunyai efisiensi 90% saat dibebani speaker. Sementara secara
teoritis penguat audio Kelas D mempunyai efisiensi ideal 100%.
Efisiensi
yang tinggi berarti akan menghasilkan disipasi daya yang rendah, dengan
demikian daya yang terbuang relatif lebih rendah jika dibandingkan
penguat kelas A, B maupun AB. Karena penguat audio kelas D bisa dibilang
hemat daya maka penguat ini tidak membutuhkan pendingin (heatsink) yang besar dan catu daya yang besar pula.
Dengan
penggunaan pendingin dan catu daya yang relatif kecil, merupakan sebuah
keuntungan utama dari penguat audio kelas D ini. Aplikasi penguat audio
kelas D sekarang ini sudah sangat populer seperti untuk perangkat audio
jinjing, home-theaters, penguat audio mobil dan sebagainya tanpa menghilangkan sisi fidelitasnya.
Penguat Audio Linier dan Kelas D
Keluaran
dari rangkaian penguat audio linier umumnya dihubungkan langsung ke
speaker, walaupun beberapa kasus tertentu melalui kapasitor. Biasanya
penguat audio linier menggunakan penguat akhir transistor yang dicatu
dengan tegangan emitor-kolektor yang tinggi. Penguat audio linier bisa
juga menggunakan Transistor MOS untuk tingkat penguat akhirnya seperti
gambar berikut :
Gambar 1. Tingkat penguat akhir menggunakan CMOS
Telah
dijelaskan diatas bahwa ada 3 kelas penguat audio yang umum dipakai
sebelum diterapkannya kelas D. Kelas penguat itu adalah kelas A, B dan
AB.
Kelas
A – Penguat audio kelas A akan menguatkan seluruh siklus sinyal
masukan. Sinyal masukan akan dikuatkan tanpa mengubah sedikitpun bentuk
sinyal. Dapat dikatakan penguat audio kelas A tingkat akhirnya selalu
bekerja untuk menguatkan siklus sinyal masukan. Dengan demikian di
tingkat ini selalu ada arus bias yang mengalir ke perangkat output.
Penguat kelas A ini memiliki linieritas paling bagus dan distorsi paling
kecil. Akan tetapi mempunyai efisiensi paling rendah, hanya sekitar
20%.
Kelas
B – Penguat audio kelas B berbeda cara kerjanya dengan penguat audio
kelas A. Tingkat penguat akhir pada kelas ini hanya menguatkan setengah
siklus sinusoida sinyal masukan (satu menguatkan siklus positif dan yang
satunya menguatkan siklus negatif). Dengan demikian jika tidak ada
sinyal masukan maka di tingkat akhir tidak ada arus yang mengalir
diperangkat output. Efisiensi penguat audio kelas B ini lebih baik dari
kelas A, yaitu sekitar 50%. Namun demikian penguat ini memiliki
kelemahan yaitu kurang linier, terutama dititik persilangan antara
siklus positif dan siklus negatif.
Kelas
AB – Penguat audio kelas AB merupakan kombinasi antara kelas A dan
kelas B. Saat ini penguat audio kelas AB yang banyak dan umum digunakan.
Tingkat akhir pada penguat ini menguatkan sinyal lebih dari setengah
siklus baik positif maupun negatif, namun tetap lebih kecil dari seluruh
siklus. Sehingga bisa menghilangkan cacat silang pada pertemuan sinyal
antara siklus positif dan negatif seperti yang ada di kelas B. Penguat
audio kelas AB lebih linier jika dibandingkan penguat audio kelas B,
tetapi efisiensi tidak berbeda yaitu sekitar 50%.
Kelas D – Penguat audio kelas D adalah sebuah amplifier switching
atau PWM seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Dengan menerapkan
model Switching dapat mengurangi rugi daya di penguat akhir dan
memungkinkan mendapatkan efisiensi 90% - 95%. Sinyal audio masukan
digunakan untuk memodulasi sinyal pembawa PWM yang mendorong penguat
akhir. Sebelum diumpankan ke speaker terlebih dahulu dilewatkan Low Pass Filter (LPF) untuk menghilangkan frekuensi tinggi pembawa PWM nya.
Gambar 2. Blok dasar penguat kelas D
Gambar
diatas memperlihatkan skema blok penguat audio kelas D. Terlihat juga
bentuk gelombang sesuai dengan proses yang terjadi di dalam rangkaian
tersebut. Skema blok diatas menerapkan rangkaian umpan balik yang
berasal dari keluaran untuk membantu kompensasi variasi tegangan pada
masukan.
Cara Kerja
Sinyal
masukan adalah sinyal audio standar sinusoida dengan frekuensinya
antara 20 Hz – 20 KHz. Selanjutnya sinyal audio ini akan di bandingkan /
dikomparasikan dengan sinyal frekuensi tinggi (250KHz) yang berbentuk
segitiga ataupun gigi gergaji, yang akhirnya menghasilkan sinyal PWM
seperti terlihat pada gambar dibawah.
Gambar 3. Pemrosesan sinyal pada penguat kelas D
Selanjutnya
sinyal PWM ini diumpankan ke tingkat akhir dan dikuatkan oleh perangkat
tingkat akhit (Mosfet), lalu di lewatkan rangkaian LPF dan keluaran LPF
diumpankan ke speaker. Diharapkan keluaran LPF sinyalnya berbentuk
sinusoida kembali.
Generator
gelombang gigi gergaji menghasilkan gelombang gigi gergaji yang
berfrekuensi sekitar 10 kali lebih tinggi daripada frekuensi masukan
sinyal audio. Gelombang gigi gergaji ini berfungsi untuk men-sampling
sinyal audio.
Pembanding
atau Comparator, bertugas untuk mendigitalkan sinyal masukan audio
dengan cara membandingkan antara sinyal audio dengan sinyal gigi
gergaji. Hasil dari rangkaian pembanding ini adalah sinyal digital
salinan dari sinyal masukan audio analog. Komponen frekuensi rendah dari
sinyal digital mewakili sinyal masukan audio, sementara komponen
frekuensi tinggi dari sinyal digital tidak digunakan atau diabaikan.
Sinyal input dan output dari komparator seperti terlihat pada gambar
berikut.
Gambar 4. Perubahan sinyal audio di rangkaian pembanding
Rangkaian Switching,
meskipun keluaran dari rangkaian pembanding adalah representasi digital
dari sinyal masukan audio, sinyal ini masih belum bisa langsung
diumpankan ke Speaker. Oleh karena itu perlu dikuatkan dulu tegangan dan
arusnya supaya bisa dibebani speaker. Tugas rangkaian switching disini
adalah untuk menguatkan sinyal hasil keluaran dari rangkaian pembanding,
agar supaya tegangan dan arusnya menjadi level tertentu sehingga dapat
diumpankan ke speaker. Biasanya rangkaian switching ini menggunakan
MOSFET. Bentuk gelombang masukan dan keluaran dari rangkaian switching
seperti gambar berikut.
Gambar 5. Penguatan gelombang pada tingkat akhir
Low Pass Filter
(LPF), bertugas untuk menyaring komponen frekuensi rendah yang terpakai
hasil keluaran rangkaian akhir switching. Keluaran dari LPF ini
merupakan replika skala dari sinyal masukannya. Jaringan umpan balik
negatif selalu ada yang menghubungkan LPF dan pembanding yang berfungsi
untuk menekan kesalahan.
Keuntungan
Disipasi panas rendah
Ukuran tidak terlalu besar
Tidak terlalu berat
Efisiensinya tinggi
Kekurangan
Membutuhkan catu daya sangat bersih dan stabil
Respon frekuensi tinggi tergantung pada impedansi loudspeaker
Contoh Rangkaian
Gambar 6. Contoh rangkaian penguat audio kelas D
Kesimpulan
Penguat
audio kelas D pertama kali dikenalkan pada tahun 1958, dan telah
menjadi semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Penguat Audio
kelas D pada dasarnya adalah switching-amplifier atau Pulse Width Modulation-Amplifier. Penguat
audio kelas D mempunyai efisiensi 90% saat dibebani speaker. Sementara
secara teoritis penguat audio Kelas D mempunyai efisiensi ideal 100%.
Penguat
audio kelas A akan menguatkan seluruh siklus sinyal masukan. Penguat
kelas B hanya menguatkan setengah siklus sinusoida sinyal masukan.
Penguat audio kelas AB menguatkan sinyal lebih dari setengah siklus baik
positif maupun negatif.
Penguat audio kelas D adalah sebuah amplifier switching
atau PWM. Sinyal audio masukan digunakan untuk memodulasi sinyal
pembawa PWM yang mendorong penguat akhir. Sebelum diumpankan ke speaker
terlebih dahulu dilewatkan Low Pass Filter (LPF).
Referensi :
Gaalaas Eric, Class D Audio Amplifiers : What, Why, and How, http://www.analog.com/library/analogDialogue/archives/40-06/class_d.html, diakses tanggal 12 Januari 2015.
Honda Jun & Adams Jonathan, Class D Audio Amplifier Basics, International Rectifier, California, 2005.
International Rectifier, Class D Audio Amplifier Design, www.irf.com, diakses tanggal 10 Januari 2015.
Kartino, IRS-900D Class-D Amplifier Tutorial. Makalah, tidak dipublikasikan.
Maldonado Joseph & Vega Jeovany, Class D Power Amplifier, California Polytechnic State University, San Luis Obispo, 2010.
NN. Class D Power Amplifier, http://www.circuitstoday.com/class-d-power-amplifiers, diakses tanggal 12 Januari 2015.
No comments:
Post a Comment